Kesenangan, kebahagiaan, kegembiraan, kesedihan, kekecewaan dan kedukacitaan adalah sesuatu yang biasa dialami manusia. Apabila memperolehi sesuatu yang menggembirakan daripada keenakan duniawi maka manusia akan berasa senang dan gembira. Sebaliknya ketika tidak mendapatkan apa yang diingini maka manusia merasa sedih dan kecewa bahkan kadang-kala sehingga ke tahap berputus asa.
Akan tetapi, sebenarnya bagi seorang mukmin, semua perkara yang berlaku adalah baik. Hal ini diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya adalah baik dan tidaklah hal ini dimiliki oleh seorangpun kecuali oleh orang mukmin. Jika dia diberi kenikmatan/kesenangan, dia bersyukur maka jadilah ini sebagai kebaikan baginya. Sebaliknya jika dia ditimpa musibah (sesuatu yang tidak menyenangkan), dia bersabar, maka ini juga menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim no.2999 dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu)
Kriteria Menjadi Orang Yang Mulia
Sesungguhnya kesenangan duniawi seperti harta dan status sosial bukanlah ukuran bagi kemuliaan seseorang. Ini kerana Allah Ta’ala memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintai-Nya. Akan tetapi Allah akan memberikan agama ini hanya kepada orang yang dicintai-Nya. Sehingga ukuran akan kemuliaan seseorang adalah darjat ketakwaannya. Semakin bertakwa dia, maka dia semakin mulia di sisi Allah.
Allah s.w.t. berfirman:
“Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu Dengan Yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang Yang lebih taqwanya di antara kamu, (bukan Yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha mendalam pengetahuannya (akan keadaan dan amalan kamu).” (al-Hujurat: 13)
Jangan Sedih Ketika Tidak Dapat Dunia
Wahai saudaraku, ingatlah bahawa seluruh manusia telah Allah tentukan rezekinya, jodohnya, ajalnya, amalannya, kebahagiaan atau pun kesengsaraan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya salah seorang daripada kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu yang sama lalu menjadi segumpal daging dalam waktu yang sama pula. Kemudian diutus seorang malaikat kepadanya lalu ditiupkan ruh kepadanya dan diperintahkan dengan empat kalimat / perkara: ditentukan rezekinya, ajalnya, amalannya, sengsara atau bahagianya.” (HR. Al-Bukhari no.3208 dan Muslim no.2643 dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
Tidaklah sesuatu menimpa pada kita kecuali telah Allah taqdirkan. Allah Ta’ala berfirman:
“Tidak ada sesuatu kesusahan (atau bala bencana) yang ditimpakan di bumi, dan tidak juga yang menimpa diri kamu, melainkan telah sedia ada di Dalam Kitab (pengetahuan kami) sebelum Kami menjadikannya; Sesungguhnya mengadakan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kamu diberitahu tentang itu) supaya kamu tidak bersedih hati akan apa yang telah luput daripada kamu, dan tidak pula bergembira (secara sombong dan bangga) dengan apa yang diberikan kepada kamu. dan (ingatlah), Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang sombong takbur, lagi membanggakan diri. Orang-orang yang bakhil dan menyuruh manusia supaya berlaku bakhil, (akan mendapat balasan yang menghina); dan sesiapa yang berpaling (dari mematuhi hukum Allah maka padahnya tertimpa atas dirinya sendiri), kerana Sesungguhnya Allah, Dia lah Yang Maha Kaya, lagi Maha Terpuji.” (al-Hadid: 22-24)
Jika kita merasa betapa sulitnya mencari dalam menjalani hidup ini, maka ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke syurga kecuali Aku telah perintahkan kalian dengannya dan tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke neraka kecuali Aku telah larang kalian darinya. Tidak akan lambat seorang pun dari kalian dari rezekinya. Sesungguhnya Jibril telah menyampaikan pada hatiku bahwa salah seorang dari kalian tidak akan keluar dari dunia (meninggal dunia) sampai disempurnakan rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah wahai manusia dan perelokkanlah dalam mencari rezeki. Maka apabila salah seorang di antara kalian merasa bahwa rezekinya lambat maka janganlah mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah kerana sesungguhnya kurniaan Allah tidak akan didapat dengan melakukan maksiat.” (Shahih, HR. Al-Hakim no.2136 dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
Maka berusahalah beribadah dengan yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan jangan membuat perkara baru dalam agama (baca:bid’ah).
Dan berusahalah mencari rezeki dengan cara yang halal serta hindarilah sejauh-jauhnya hal-hal yang diharamkan.
Hendaklah Menjadi Orang Yang Memberi Pertolongan
Hendaklah bagi orang yang mempunyai kelebihan harta ataupun yang mempunyai kedudukan agar membantu saudaranya yang kurang mampu dan yang mengalami kesulitan. Allah berfirman:
“….Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maa`idah: 2)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan hilangkan darinya satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan orang yang mengalami kesulitan maka Allah akan mudahkan baginya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut mahu menolong saudaranya.” (HR. Muslim no.2699 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Berdo’alah Ketika Bersedih
Jika kita merasa sedih kerana sesuatu menimpa kita seperti kehilangan harta, kesulitan mencari pekerjaan, kematian salah seorang keluarga kita, tidak mendapatkan sesuatu yang kita idam-idamkan, jodoh tidak kunjung datang ataupun yang lainnya, maka ucapkanlah do’a berikut yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidaklah seseorang ditimpa suatu kegundahan maupun kesedihan lalu dia berdo’a: “Ya Allah, sesungguhnya saya adalah hamba-Mu, putera hamba lelaki-lelaki dan perempuan-perempuan Mu, , ubun-ubunku ada di Tangan-Mu, telah berlalu padaku hukum-Mu, adil pada ketentuan-Mu. Aku meminta kepada-Mu dengan seluruh Nama yang Engkau miliki, yang Engkau menamakannya untuk Diri-Mu atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu. Jadikanlah Al-Qur`an sebagai musim bunga (penyejuk) hatiku dan cahaya dadaku, pengusir kesedihanku serta penghilang kegundahanku.” melainkan akan Allah hilangkan kegundahan dan kesedihannya dan akan diganti dengan diberikan jalan keluar dan kegembiraan.” Tiba-tiba ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, tidakkah kami ajarkan do’a ini (kepada orang lain)? Maka Rasulullah menjawab: “Bahkan selayaknya bagi siapa saja yang mendengarnya agar mengajarkannya (kepada yang lain).” (HR. Ahmad no.3712 dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy, Sheikh Syuâ’aib al-Arnaouth menyatakan Isnadnya Dhaif)
Juga do’a berikut ini:
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari gundah gulana, sedih, lemah, malas, kikir, penakut, belenggu hutang dan dari tekanan/penindasan orang lain.” (HR. Al-Bukhariy 7/158 dari Anas radhiyallahu ‘anhu)
Ilmu adalah Pengganti Segala Kelazatan
Di antara hal yang mampu menghiburkan seseorang ketika mengalami kesepian atau ketika sedang dilanda kesedihan adalah menuntut ilmu dan sentiasa bersama ilmu.
Berkata Al-Imam Al-Mawardiy: “Ilmu adalah pengganti dari segala kelazatan dan mencukupi dari segala kesenangan. Barangsiapa yang menyendiri dengan ilmu maka kesendiriannya itu tidak menjadikan dia sepi. Dan barangsiapa yang menghibur diri dengan kitab-kitab maka dia akan mendapat kesenangan. Maka tidak ada teman berbual sebaik ilmu dan tidak ada sifat yang akan menolong pemiliknya seperti sifat al-hilm (sabar dan tidak terburu-buru).” (Adabud Dunya wad Diin hal.92, dari Aadaabu Thaalibil ‘Ilmi hal.71)
Duhai kiranya kita dapat mengambil manfaat dari ilmu yang kita miliki sehingga kita tidak akan merasa kesepian walaupun kita sendirian di malam yang sunyi tetapi ilmu itulah yang setia menemani.
Contoh Orang-orang yang Sabar
Cubaan yang menimpa kita kadang-kadang menjadikan kita bersedih tetapi hendaklah kesedihan itu dihadapi dengan kesabaran dan menyerahkan semua permasalahan kepada Allah, supaya Dia menghilangkan kesedihan tersebut dan menggantikannya dengan kegembiraan.
Allah berfirman mengisahkan tentang Nabi Ya’qub:
“Dan Ya`qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). Mereka berkata: “Demi Allah, sentiasa kamu mengingati Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang binasa.” Ya`qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tiada mengetahuinya.” (Yuusuf: 84-86)
Allah juga berfirman mengisahkan tentang Maryam:
“Maka Maryam hamillah mengandungnya, lalu menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit untuk melahirkan anak memaksa dia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak bererti, lagi dilupakan.” Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, nescaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (Maryam:22-25)
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai orang-orang yang sabar dan istiqamah dalam menjalankan syari’at-Nya, amin. Wallaahu A’lam.
(Dipetik dari Bulletin Al Wala’ wa Bara’, Edisi ke-4 Tahun ke-3 / 17 Desember 2004 M / 05 Dzul Qo’dah 1425 H . Judul asli Janganlah Bersedih Wahai Saudaraku. Diterbitkan Yayasan Forum Dakwah Ahlussunnah Wal Jamaah Bandung. Url sumber : http://salafy.iwebland.com/fdawj/awwb/read.php?edisi=4&th=3)